ISSN: 2528-5564
Cover Prosiding Seminar Pendidikan Dasar
Universitas Negeri Jakarta
Adi Apriadi Adiansha
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(STKIP) Taman Siswa Bima
ABSTRAK
Studi
kasus bertujuan untuk mendapatkan gambaran
realitas tentang karakteristik atau gejala anak yang memiliki perilaku sosial negatif di sekolah. Metodologi yang dipakai dalam
studi kasus ini adalah metode deskriptif
kualitatif dengan pendekatan
studi kasus. Sampel yang diambil
merupakan salah satu anak berjenis kelamin laki-laki dengan umur 11 tahun di
kelas V SDN Rada Kecamatan Bolo Kabupaten Bima. Hasil menunjukan gambaran realitas tentang, faktor-faktor yang
menjadi penyebab terjadinya perilaku sosial, dampak atau akibat yang terjadi
pada anak yang memiliki perilaku sosial yang negatif di sekolah, dan pandangan
pihak-pihak terkait tentang perilaku negatif tersebut. Kesimpulan hasil dalam
studi kasus ini adalah bahwa bentuk perilaku sosial negatif yang dilakukan Anak
adalah membuat gaduh di kelas, mengganggu teman di kelas, berkelahi, mengancam
dan berkata-kata kotor serta menyontek pekerjaan temannya. Faktor penyebab
terjadinya perilaku sosial negatif yang berasal dari faktor internal yaitu rasa
malas, tidak percaya diri, ingin diperhatikan banyak orang, serta ingin
menutupi kekurangannya. Penyebab dari faktor eksternal yaitu lingkungan
keluarga, tayangan TV, paparan media, lingkungan sekolah serta lingkungan
masyarakat yang kurang mendukung. Akibat dari perilaku sosial negatif anak
tersebut dapat menghambat tercapainya prestasi yang obtimal, tidak diterima
oleh kelompok sebaya dan di pandang negatif oleh guru.
Kata Kunci: Perilaku Sosial Negatif
PENDAHULUAN
Sekolah
dasar merupakan lembaga pendidikan
dasar
yang diselenggarakan untuk mengembangkan sikap, kemampuan dan
keterampilan
dasar yang diperlukan siswa untuk hidup dalam masyarakat. Di samping itu
juga, Sekolah dasar mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan lanjut.
Berdasar pada amanat Undang-undang Dasar 1945, maka pengertian pendidikan di sekolah
dasar merupakan upaya untuk mencerdaskan dan mencetak kehidupan bangsa yang
bertaqwa, cinta dan bangga terhadap bangsa dan negara, terampil, kreatif,
berbudi pekerti yang santun serta mampu menyelesaikan permasalahan di
lingkungannya.
Syamsu Yusuf LN (2004: 24-25) Psikologi
perkembangan anak & remaja menjelaskan bahwa masa usia sekolah dasar sering disebut sebagai
masa intelektual atau masa keserasian bersekolah.
Pada umur tertentu yang
menunjukkan anak
matang untuk masuk sekolah dasar,
sebanarnya sukar dikatakan karena kematangan anak tidak ditentukan oleh
umur semata-mata. Namun pada umur 6
atau 7 tahun, pada umumnya anak telah matang untuk memasuki sekolah dasar. Pada masa keserasian bersekolah ini secara relatif, anak-anak lebih mudah dididik dari
pada masa sebelum dan sesudahnya. Masa ini dirinci lagi menjadi dua fase, yaitu: (1) Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, berkisar umur 6 atau 7 tahun sampai umur 9 atau 10 tahun, pada umumnya usia tersebut anak berada pada kelas 1 sampai kelas III. (2) Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar, berkisar umur 9 atau 10 tahun sampai
umur 12 atau
13 tahun, pada
umumnya anak berada pada kelas IV sampai dengan kelas VI.
Penelitian
menggunakan kasus
anak kelas
V SD, secara keseluruhan
anak kelas atas memiliki ciri sebagai berikut: (a) Adanya minat terhadap kehidupan yang praktis sehari-hari; (b) Amat realistik, ingin mengetahui sesuatu yang baru, dan ingin belajar;
(c) Memiliki minat pada mata pelajaran khusus,
menonjolnya
bakat-bakat khusus. (d) Gemar membentuk kelompok sebaya.
Mengacu pada pendapat Elizabeth B. Hurlock (2001: 155-156) di
atas siswa sekolah dasar
senang bergaul dan
membentuk kelompok-kelompok dengan teman sebayanya, sebagaimana telah dipaparkan di atas secara teoritis bahwa anak sekolah dasar
mulai suka bersosialisasi dengn teman sebayanya. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan
baik di dalam maupun di luar kelas dapat diketahui bahwa dalam bergaul dengan teman-teman di sekolah tidak semua siswa mampu dan dapat diterima dalam suatu kelompok sebaya di
sekolah. Adakalanya seorang anak karena kurang pintar atau
tidak mampu dalam berinteraksi dengan baik atau memiliki perilaku yang negatif
terhadap kelompoknya, yaitu anak yang masa bodoh dengan temannya, pasif,
suka mengganggu temannya
maka
tidak mendapatkan perhatian atau
diacuhkan oleh teman-temannya dalam kegiatan- kegiatan kelompok di
sekolah. Keadaan yang demikian pada kenyataanya belum
mendapat perhatian dan
penanganan yang optimal oleh pihak sekolah, sehingga siswa akan menjadi anak yang terisolir dan tidak diterima teman-teman di
dalam
kelompoknya, dan dalam perkembangannya akan mengalami hambatan.
Kenyataan itulah yang menarik perhatian peneliti untuk memperoleh gambaran realitas secara jelas
tentang anak yang tidak
diterima dalam kelompoknya di sekolah akibat memiliki perilaku negatif. Salah satu cara yang ditempuh untuk
mempelajari secara mendalam tentang kasus
tersebut, maka perlu diadakan
penelitian dengan judul
“Studi
Kasus
tentang
Anak yang Memiliki Perilaku Sosial Negatif di Sekolah pada Siswa Kelas V SDN Rada
Kecamatan Bolo Kabupaten Bima NTB”
METODE
Studi
kasus ini menggunakan metode
deskriptif kualitatif
dengan
pendekatan studi
kasus. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Rada Kecamatan Kecamatan Bolo Kabupaten Bima pada Tahun
Pelajaran 2016/2017 yang memiliki perilaku sosial negatif di sekolah. Teknik pengumpulan
data menggunakan,
sosiometri, wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan deskriptif fenomenologis.
Pelaksanaan dilakukan pada semester ganjil yaitu pada tanggal 14 Oktober sampai
dengan 15 November 2016. Sumber data yang didapat dari studi kasus ini
adalah siswa itu sendiri, orang tua, guru matapelajaran dan teman-temanya. Dari
data tersebut dilakukan dengan teknik dalam pengumpulan data yaitu dengan
melakukan wawancara kemudian dibantu oleh teman sejawat dalam melakukan
observasi dan dokumentasi. Beberapa tahap atau prosedur dalam pengambilan data
pada studi kasus ini yaitu dengan tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap
penulisan hasil studi kasus.
HASIL
1. Gejala perilaku sosial
negatif di sekolah yang dilakukan oleh subjek di SDN Rada Kecamatan Bolo
Kabupaten Bima.
Berdasarkan
hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru kelas V, guru agama, dan guru
olah raga dapat disimpulkan bahwa gejala perilaku sosial negatif di sekolah di
SDN Rada Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:
a.
Jenis perilaku sosial negatif di SDN Rada Kecamatan Bolo
Kabupaten Bima yang bersifat umum, seperti membuat gaduh di kelas, mengganggu
teman, perkelahian antar siswa, membantah guru, makan di kelas dan menyakiti
teman.
b.
Gejala perilaku sosial negatif yang di jumpai di bidang
akademis, yaitu: tidak mengerjakan PR, tidak mau mengerjakan tugas di papan
tulis, menyontek, mengganggu pelaksanaan PBM, dan tidak mendengarkan penjelasan
guru.
2. Faktor-Faktor Penyebab
Terjadinya Perilaku Sosial Negatif di Sekolah di Rada Kecamatan Bolo Kabupaten
Bima
a.
Faktor internal, antara lain rasa malas, ingin
diperhatikan banyak orang, tidak percaya diri dan ingin menutupi kekurangannya.
b.
Faktor eksternal, antara lain lingkungan keluarga,
tayangan TV, paparan media, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat yang
kurang mendukung.
3. Akibat perilaku sosial
negatif oleh siswa di sekolah di SDN Rada Kecamatan Bolo Kabupaten Bima
a.
Jangka panjang dapat menyebabkan siswa terisolir.
b.
Akan menjadi suatu kebiasaan buruk dan menurunnya prestasi
siswa yang berperilaku sosial negatif.
c.
Jangka panjang dapat menyebabkan kemerosotan kondisi
sekolah dalam hal prestasi belajar.
4. Pandangan pihak terkait
tentang perilaku sosial negatif di sekolah yang dilakukan oleh siswa di SDN
Rada Kecamatan Bolo Kabupaten Bima
a.
Kepala sekolah memiliki pandangan bahwa perilaku sosial
negatif yang dilakukan oleh siswa adalah perilaku nakal yang berasal dari siswa
karena pengaruh dari keluarga yang tidak harmonis antara keluarga satu dengan
keluarga yang lain, kurangnya kerja sama dari pihak sekolah dengan orang tua
serta siswa itu sendiri untuk menekan perilaku sosial negatif tersebut.
b.
Guru kelas memiliki pandangan bahwa guru kelas mengerti
secara langsung bentuk perilaku sosial negatif yang dilakukan oleh siswa,
khususnya perilaku sosial negatif pada saat PBM berlangsung yang disebabkan
oleh kenakalan siswa agar dapat diperhatikan banyak orang. Guru kelas juga
berpandangan bahwa siswa yang berperilaku sosial negatif biasanya adalah siswa
yang tidak pandai di kelas.
c.
Guru agama islam memiliki pandangan bahwa siswa yang
berperilaku sosial negatif adalah siswa yang tidak rajin beribadah, hal
tersebut merupakan bentuk ketidakseriusan siswa dalam mengikuti pelajaran. Guru
agama juga memiliki pandangan bahwa siswa yang berperilaku sosial negatif
sangat mengganggu KBM dan membuat kesal guru.
d.
Guru olah raga memiliki pandangan bahwa perilaku sosial
negatif adalah bentuk kenakalan siswa yang tidak bertanggung jawab dan sangat
mengganggu KBM di sekolah yang akan merugikan teman-teman yang lain serta siswa
itu sendiri.
e.
Orang tua siswa memiliki pandangan bahwa peran orang tua
ternyata sangat diperlukan dalam mendidik anak, selain peran orang tua
diperlukan kerja sama dari berbagai pihak terkait seperti kepala sekolah, guru
kelas, orang tua serta siswa itu sendiri.
PEMBAHASAN
Berdasarkan wawancara yang telah lakukan di SDN Rada
Kecamatan Bolo Kabupaten Bima pada hakekatnya
perilaku sosial
negatif
merupakan perilaku menyimpang
yang merugikan diri sendiri dan
orang
lain,
antara lain sebagai berikut:
1. Gejala perilaku sosial
negatif di sekolah yang dilakukan oleh subjek
di SDN Rada Kecamatan Bolo Kabupaten Bima
Perilaku sosial negatif adalah perilaku menyimpang yang cenderung merugikan
diri sendiri dan orang lain, akibatnya
tidak diterima
oleh teman
sebaya. Gejala perilaku sosial negatif di sekolah yang terjadi di SDN Rada Kecamatan Bolo Kabupaten Bima yang dilakukan oleh siswa dapat bersifat umum dan akademik. Pelanggaran yang bersifat
umum antara lain perilaku
sosial negatif
dalam
hal
membuat gaduh di kelas, mengganggu teman di
kelas, berkalahi dan ancaman serta kata-
kata kotor, perilaku sosial negatif yang bersifat
akademis
yaitu
menyontek pekerjaan
teman
dengan paksa.
Perilaku
sosial
negatif
timbul karena kurangnya kesadaran siswa tersebut dalam mengikuti pelajaran di
sekolah sebagai
faktor
internal. Selain
faktor
internal, faktor eksternal sebagai penyebab terjadinya perilaku sosial negatif di
sekolah antara lain adalah lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah, serta lingkungan keluarga yang kurang mendukung, paparan media yang kurang mendukung berpengaruh
terhadap terjadinya perilaku sosial negatif di
sekolah. Bentuk perilaku sosial negatif siswa di SDN Rada
Kecamatan Bolo Kabupaten Bima yang bersifat umum antara lain:
a.
Membuat gaduh di kelas
Siswa yang berperilaku sosial negatif ini pada umumnya berbuat yang macam-macam
pada
saat
proses belajar mengajar berlangsung.
Bentuk perilaku
tersebut adalah memukul-mukul
meja
dan
menyanyi- nyanyi sehingga menimbulkan
suara gaduh, jungkat-jungkit kursi,
berlarian dan
mondar-mandir dalam kelas, berbicara
secara berlebihan pada saat
kegiatan belajar mengajar berlangsung. Perilaku tersebut hakekatnya mendapatkan perhatian secara khusus dan penyelesaian
yang tepat, upaya yang dapat ditempuh sekolah untuk menghadapi siswa yang berperilaku sosial negatif di sekolah dapat dilakukan dengan memberikan layanan pemecahan terhadap masalah yang
dihadapi siswa melalui layanan bimbingan, supaya proses belajar mengajar dapat
berlangsung optimal. Apabila hal tersebut tidak diatasi maka dalam jangka panjang
prestasi siswa akan menurun.
b.
Mengganggu teman
Bentuk perilaku sosial negatif yang dilakukan oleh siswa antara
lain memukul dan menjambak, mengganggu teman pada saat mengerjakan
tugas misalnya menarik buku temannya, menyontek
pekerjaan
teman dengan
cara
paksa, berbuat
usil terhadap teman
sebangku
misalnya mengilik-kitik,
mencolak-colek, selain
hal tersebut siswa
juga tidak mengerjakan
tugas. Bentuk perilaku tersebut serung dijumpai khususnya bentuk perilaku sosial negatif yang sering terjadi pada saat mengikuti kegiatan
belajar
di sekolah. Bentuk pengawasan dan
pengajaran
yang menarik sangat diperlukan
dalam penanggulangan
perilaku mengganggu
teman pada saat pembelajaran berlangsung.
c.
Interaksi Sosial Siswa
Bentuk perilaku
sosial
negatif subjek yang bersifat akademis dapat
terjadi
dan dijumpai
di sekolah tersebut, gejala
perilaku
sosial
negatif yang di
jumpai dalam bidang akademis tersebut yaitu menyontek dengan cara paksa. Tugas dan test diadakan oleh
guru untuk mengetahui
tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah diberikan. Dalam pemberian tugas dan test juga sering terjadi perilaku sosial negatif yang dapat mengganggu kelancaran
proses pemberian
tugas dan test tersebut.
Perilaku sosial negatif yang
terjadi pada saat pemberian tugas maupun test berlangsung
adalah praktek pencontekan dan berlaku tidak jujur dalam mengerjakan
tugas
dan test. Siswa yang suka
menyontek pekerjaan
temannya biasanya
adalah siswa yang tidak mandiri,
tidak bertanggung jawab terhadap diri sendiri seperti tidak mau
belajar, malas dan suka bergantung kepada orang lain, selain hal
tersebut juga disebabkan karena kurang menguasai materi yang telah diberikan.
Perilaku sosial negatif yang di jumpai di
bidang akademis perlu ditanggulangi sejak
dini. Menyontek adalah
bentuk perilaku
tidak jujur, sehingga harus ditangani
secara
serius.
Untuk menanggulangi masalah tersebut guru hendaknya
menghimbau
kepada
siswanya, apabila
perilaku sosial negatif tersebut di ketahui
oleh guru maupu ada laporan
terhadap perilaku tersebut oleh siswa
maka
guru harus memberikan konsekuensi yang tegas terhadap tindakan tersebut. Selain tindakan yang tegas kepada para siswa yang
terbukti melakukan praktek menyontek guru juga harus memberikan pembimbingan terhadap siswa siswi tersebut.
2. Faktor-faktor penyebab terjadinya perilaku sosial negatif di sekolah yang dilakukan oleh Siswa
a.
Faktor internal
Faktor internal merupakan sebab yang
terjadi dari dalam diri sendiri, dalam hal ini perlaku
perilaku sosial negatif
tersebut
sendiri.
Faktor tersebut seperti rasa malas, tidak percaya diri, ingin diperhatikan
oleh banyak orang serta ingin menutupi kekurangannya serta kurang pemahaman terhadap agama.
Siswa yang bersekolah di SDN
Rada Kecamatan Bolo Kabupaten Bima berasal dari latar
belakang yang heterogen. Setiap siswa atau individu memiliki kepribadian yang berbeda-beda antara satu
dengan yang lainnya.
Siswa yang berperilaku
sosial negatif
adalah siswa yang memiliki
sifat egois yaitu siswa yang
selalu
mementingkan diri
sendiri dan selalu
ingin menang sendiri. Motif siswa berperilaku sosial negatif di
sekolah adalah untuk mendapatkan
kepuasan
dan kesenangan
diri sendiri tanpa memikirkan orang lain, serta ingin diperhatikan oleh banyak orang.
b.
Faktor eksternal
Selain
faktor
internal, faktor
eksternal juga dapat menjadi penyebab siswa berperilaku
sosial negatif
di sekolah. Faktor
eksternal sendiri dapat diartikan
sebagai
penyebab
yang berasal dari luar, seperti pengaruh dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, tayangan TV, paparan media yang kurang mendukung. Siswa yang
kurang mendapatkan perhatian dan
pengawasan secara langsung dari
orang tuanya sehingga dalam perkembangan kejiwaannya juga mengalami
hambatan. Hal
tersebut
juga
dapat disebabkan karena ketidakpedulian
orang tua.
Siswa kurang mendapatkan pengawasan dan perhatian dari orang
tua, sehungga siswa mencari kepuasan dengan mendapatkan perhatian dari
orang lain. Hal tersebut dikarenakan bentuk pengawasan terhadap subjek hanya terbatas di sekolah saja, untuk perilaku di luar
sekolah
siswa tersebut cenderung
tidak ada pengawasan
secara
langsung
yang seharusnya dilakukan oleh orang tuanya. Akibatnya tidak ada kontrol atau kendali pada diri anak untuk berperilaku sosial positif sesuai perkembangannya. Faktor lingkungan juga
sangat berperan dalam perilaku dan tindakan
seseorang, baik
faktor
lingkungan keluarga
maupun lingkungan masyarakat. Kebiasaan buruk yang dilakukan oleh orang-orang terdekat, dapat
mempengaruhi seseorang untuk
melakukan tindakan yang sama.
3. Akibat Perilaku Sosial Negatif Subjek di Sekolah
Perilaku
sosial
negatif
akan berdampak tidak baik
terhadap diri sendiri, orang lain juga lembaga atau institusi
tertentu. Kasus yang terjadi di SDN
Rada Kecamatan Bolo Kabupaten Bima, perilaku
sosial negatif yang dilakukan di sekolah dapat berakibat
menghambat tercapainya suatu tujuan dari kegiatan
pembelajaran, keefektifan dan keefisienan waktu
dapat berkurang
sehingga dapat
mengganggu proses kegiatan pembelajaran
yang di jalankan di sekolah.
Apabila bentuk perilaku sosial negatif ini dibiarkan dan tidak ada pengawasan dan pengendalian
dan tindakan secara
tegas
dari
pengelola
sekolah, maka dalam
jangka panjang dapat mempengaruhi kredibilitas sekolah
secara keseluruhan.
Prestasi belajar siswa
yang
di capai dari proses
pembelajaran di sekolah menjadi
tidak
optimal karena banyaknya
perilaku
sosial negatif
di sekolah. Perilaku
sosial
negatif
siswa di sekolah yang dilakukan
secara terus menerus
akan
menimbulkan
kebiasaan buruk
bagi siswa sehingga kepala sekolah dan guru-guru dapat mengantisipasi setiap perilaku yang bersifat negatif di sekolah. Apabila para guru dan pihak terkait lainnya gagal
dalam
mengantisipasi
perilaku
sosial negatif
tersebut, maka
akibat yang
lebih buruk akan terjadi lagi yaitu kebiasaan yang
buruk tersebut akan mempengaruhi siswa yang
lain tentunya akan banyak siswa yang berperilaku sosial negatif sehingga proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan lancar dan prestasi serta citra sekolah akan menurun.
4. Pandangan pihak terkait tentang perilaku sosial negatuf di sekolah yang dilakukan oleh subjek
Pandangan
pihak terkait
tentang perilaku
sosial
negatif di sekolah oleh siswa,
khususnya kasus yang terjadi di SDN
Rada Kecamatan Bolo Kabupaten Bima merupakan bentuk pernyataan atau
ungkapan
penilaian suatu kasus yang terjadi. Dalam hal ini adalah bentuk perilaku sosial negatif yang dilakukan
oleh siswa di SDN Rada
Kecamatan Bolo Kabupaten Bima. Pihak terkait tersebut adalah pihak yang secara langsung mengetahui
perilaku sosial negatif yang dilakukan siswa
di SDN Rada
Kecamatan Bolo Kabupaten Bima. Pihak terkait tersebut meliputi; kepala sekolah, guru kelas, guru agama, guru olah raga, orang tua siswa, serta masyarakat sekitar.
a.
Kepala sekolah
Kepala sekolah, sebagai pemimpin dari
sistem seluruh rangkaian
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di
sekolah, memiliki tenggapan
tentang perilaku
sosial negatif
di sekolah
oleh siswa, khususnya
kasus
yang terjadi di
sekolah yang dipimpinnya. Kepala sekolah memiliki pandangan bahwa perilaku sosial negatif yang
dilakukan oleh siswa adalah
perilaku nakal yang berasal dari siswa karena pengaruh dari keluarga yang tidak harmonis antara keluarga satu dengan keluarga yang lain. Untuk mengatasinya
diperlukan kerja sama dari
pihak sekolah dengan orang
tua serta siswa itu
sendiri untuk mengurangi bahkan menghilangkan perilaku
sosial negatif tersebut. Hubungan yang
baik
antara pihak orang tua dengan pihak sekolah akan
menciptakan situasi yang kondusif
dalam proses
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan khususnya di sekolah sehingga perilaku
sosial negatif
dapat
dikurangi bahkan dihilangkan.
b.
Guru kelas
Guru kelas
adalah pihak yang secara langsung berhadapan dengan siswa saat proses belajar mengajar berlangsung. Guru kelas memiliki pandangan terhadap perilaku sosial negatif yang dilakukan oleh siswa saat proses belajar
mengajar
berlangsung yaitu menyatakan bahwa
pada umumnya guru
menerti secara langsung bentuk
perilaku sosial negatif
yang terjadi saat
kegiatan
belajar mengajar berlangsung.
Hal ini disebabkan oleh kebosanan siswa dan kenakalan siswa dan juga kurangnya perhatian dari orang tua sehingga berperilaku sosial negatif sekolah.
c.
Guru agama Islam
Guru agama islam adalah salah satu pihak yang secara langsung berhadapan dengan siswa saat
proses belajar mengajar berlangsung. Guru agama memiliki pandangan terhadap perilaku sosial negatif bahwa siswa yang berperilaku sosial negatif adalah siswa yang
tidak rajin beribadah, hal tersebut
merupakan bentuk ketidakseriusan
siswa dalam mengikuti pelajaran. Guru agama juga memiliki pandangan bahwa siswa yang berperilaku
sosial negatif sangat mengganggu
kegiatan belajar mengajar dan membuat
kesal guru. Harus ada penanganan
khusus terhadap siswa yang nakal atau berperilaku sosial negatif, karena hal tersebut tidak hanya berdampak negatif terhadap siswa tersebut tetapi juga tehadap siswa yang lain bahkan sekolah.
d.
Guru olah raga
Guru olah raga adalah pihak yang
secara langsung berhadapan
dengan siswa
secara langsung
pada
saat pelajaran olah raga. Guru olah raga memiliki pandangan terhadap perilaku sosial negatif bahwa perilaku soaial negatif adalah
bentuk kenakalan siswa
yang
tidak bertanggung
jawab, tidak
mandiri dan disiplin. Perilaku tersebut
muncul
karena kebiasaan
siswa tersebut di luar sekolah. Masalah tersebut harus segara ditangani karena akan mengganggu siswa yang
lain dan dalam jangka
panjang akan berdampak terhadap citra sekolah di masyarakat.
e.
Orang tua
Orang
tua memiliki peran
yang
sangat penting
dalam
perkembangan putra putrinya, termasuk dalam perilaku dan proses
pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Orang tua siswa menyatakan bahwa peran
orang
tua dalam mendidik anak
memang diakui
sangat
kurang karena latar belakang pendidikan yang hanya SD. Orang tua tidak dapat mengarahkan anak yang berperilaku sosial negatif. Hal
tersebut juga dikarenakan
kesibukan orang tua dan kurangnya pengawasan orang tua kepada anak.
KESIMPULAN
Temuan hasil studi kasus yang telah dilakukan di SDN Rada Kecamatan Bolo Kabupaten Bima akan disampaikan
kesimpulan dari studi kasus yang telah dilakukan. Subjek dari penelitian ini
adalah Farhan yang telah melakukan perilaku sosial negatif di sekolah. Farhan
adalah siswa yang melakukan perilaku sosial negatif di sekolah, bentuk perilaku
sosial negatif yang dilakukan Farhan adalah membuat gaduh di kelas, mengganggu
teman di kelas, berkelahi, mengancam dan berkata-kata kotor serta menyontek
pekerjaan temannya. Faktor penyebab terjadinya perilaku sosial negatif yang
berasal dari factor internal yaitu rasa malas, tidak percaya diri, ingin
diperhatikan banyak orang,serta ingin menutupi kekurangannya. Penyebab dari
faktor eksternal yaitu lingkungan keluarga, tayangan TV, paparan media,
lingkungan sekolah serta lingkungan masyarakat yang kurang mendukung. Selain
hal tersebut Farhan terpengaruh oleh kebiasaan keluarga besarnya yang suka
bertengkar.
Perilaku sosial negatif Farhan dapat berakibat menghambat
suatu tujuan dari kegiatan pembelajaran, nilai dari keefektifan dan keefisienan
dapat berkurang sehingga dapat mempengaruhi pola keteraturan yang telah
dibentuk dan dijalankan. Hal ini dapat pula mengganggu proses pembelajaran yang
lainnya. Apabila bentuk perilaku sosial negatif Farhan dibiarkan tanpa ada
kontrol, pengwasan dan tindakan secara tegas dalam penanganannya, maka dalam
jangka panjang dapat mempengaruhi kredibilitas sekolah secara keseluruhan, baik
bagi sekolah maupun penilaian dari masyarakat terhadap citra sekolah. Hal
tersebut akan menurunkan nama baik
sekolah di mata masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Elizabeth,
B. Hurlock. (2001). Psikologi
Perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan (Edisi 5).
Jakarta: Erlangga.
Hurlock,
Elizabeth B . (1980). Psikologi
Perkembangan. Erlangga: Jakarta.
Satiadarma,
Monty P. (2001). Persepsi Orangtua
Membentuk Perilaku Anak. Jakarta: Pustaka Populer Obor.
Somantri,
T. Sutjihai. (2006). Psikologi Anak Luar
Biasa. Bandung: Refika Aditama
Yin,
Robert K. (1997). Studi Kasus (Desain dan
Metode). Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Yusuf
Syamsu Dr, H LN. (2004). Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya

Tidak ada komentar:
Posting Komentar