/*

Minggu, 12 Februari 2017

STUDI KASUS ANAK YANG MEMILIKI PERILAKU SOSIAL NEGATIF DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS V SDN RADA KECAMATAN BOLO KABUPATEN BIMA NTB

ISSN: 2528-5564  

Cover Prosiding Seminar Pendidikan Dasar
Universitas Negeri Jakarta

Adi Apriadi Adiansha
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Taman Siswa Bima

ABSTRAK
Studi kasus bertujuan untuk mendapatkan gambaran realitas tentang karakteristik atau gejala anak yang memiliki perilaku sosial negatif di sekolah. Metodologi yang dipakai dalam studi kasus ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Sampel yang diambil merupakan salah satu anak berjenis kelamin laki-laki dengan umur 11 tahun di kelas V SDN Rada Kecamatan Bolo Kabupaten Bima. Hasil menunjukan gambaran realitas tentang, faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya perilaku sosial, dampak atau akibat yang terjadi pada anak yang memiliki perilaku sosial yang negatif di sekolah, dan pandangan pihak-pihak terkait tentang perilaku negatif tersebut. Kesimpulan hasil dalam studi kasus ini adalah bahwa bentuk perilaku sosial negatif yang dilakukan Anak adalah membuat gaduh di kelas, mengganggu teman di kelas, berkelahi, mengancam dan berkata-kata kotor serta menyontek pekerjaan temannya. Faktor penyebab terjadinya perilaku sosial negatif yang berasal dari faktor internal yaitu rasa malas, tidak percaya diri, ingin diperhatikan banyak orang, serta ingin menutupi kekurangannya. Penyebab dari faktor eksternal yaitu lingkungan keluarga, tayangan TV, paparan media, lingkungan sekolah serta lingkungan masyarakat yang kurang mendukung. Akibat dari perilaku sosial negatif anak tersebut dapat menghambat tercapainya prestasi yang obtimal, tidak diterima oleh kelompok sebaya dan di pandang negatif oleh guru.

Kata Kunci: Perilaku Sosial Negatif

PENDAHULUAN
Sekolah dasar merupakan lembaga pendidikan dasar yang diselenggarakan untuk mengembangkan sikap, kemampuan dan keterampilan dasar yang diperlukan siswa untuk hidup dalam masyarakat. Di samping itu juga, Sekolah dasar mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan lanjut. Berdasar pada amanat Undang-undang Dasar 1945, maka pengertian pendidikan di sekolah dasar merupakan upaya untuk mencerdaskan dan mencetak kehidupan bangsa yang bertaqwa, cinta dan bangga terhadap bangsa dan negara, terampil, kreatif, berbudi pekerti yang santun serta mampu menyelesaikan permasalahan di lingkungannya.
Syamsu Yusuf LN (2004: 24-25) Psikologi perkembangan anak & remaja menjelaskan bahwa masa usia sekolah dasar sering disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Pada umur tertentu yang menunjukkan anak matang untuk masuk sekolah dasar, sebanarnya sukar dikatakan karena kematangan anak tidak ditentukan oleh umur semata-mata. Namun pada umur 6 atau 7 tahun, pada umumnya anak telah matang untuk memasuki sekolah dasar. Pada masa keserasian bersekolah ini secara relatif, anak-anak lebih mudah dididik dari pada masa sebelum dan sesudahnya. Masa ini dirinci lagi menjadi dua fase, yaitu: (1) Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, berkisar umur 6 atau 7 tahun sampai umur 9 atau 10 tahun, pada umumnya usia tersebut anak berada pada kelas 1 sampai kelas III. (2) Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar, berkisar umur 9 atau 10 tahun sampai umur 12 atau 13 tahun, pada umumnya anak berada pada kelas IV sampai dengan kelas VI.
Penelitian menggunakan kasus anak kelas V SD, secara keseluruhan anak kelas atas memiliki ciri sebagai berikut: (a) Adanya minat terhadap kehidupan yang praktis sehari-hari; (b) Amat realistik, ingin mengetahui sesuatu yang baru, dan ingin belajar; (c) Memiliki minat pada mata pelajaran khusus, menonjolnya bakat-bakat khusus. (d) Gemar membentuk kelompok sebaya.
Mengacu pada pendapat Elizabeth B. Hurlock (2001: 155-156) di atas siswa sekolah dasar senang bergaul dan membentuk kelompok-kelompok dengan teman sebayanya, sebagaimana telah dipaparkan di atas secara teoritis bahwa anak sekolah dasar mulai suka bersosialisasi dengn teman sebayanya. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan baik di dalam maupun di luar kelas dapat diketahui bahwa dalam bergaul dengan teman-teman di sekolah tidak semua siswa mampu dan dapat diterima dalam suatu kelompok sebaya di sekolah. Adakalanya seorang anak karena kurang pintar atau tidak mampu dalam berinteraksi dengan baik atau memiliki perilaku yang negatif terhadap kelompoknya, yaitu anak yang masa bodoh dengan temannya, pasif, suka mengganggu temannya maka tidak mendapatkan perhatian atau diacuhkan oleh teman-temannya dalam kegiatan- kegiatan kelompok di sekolah. Keadaan yang demikian pada kenyataanya belum mendapat perhatian dan penanganan yang optimal oleh pihak sekolah, sehingga siswa akan menjadi anak yang terisolir dan tidak diterima teman-teman di dalam kelompoknya, dan dalam perkembangannya akan mengalami hambatan.
Kenyataan itulah yang menarik perhatian peneliti untuk memperoleh gambaran realitas secara jelas tentang anak yang tidak diterima dalam kelompoknya di sekolah akibat memiliki perilaku negatif. Salah satu cara yang ditempuh untuk mempelajari secara mendalam tentang kasus tersebut, maka perlu diadakan penelitian dengan judul Studi Kasus tentang Anak yang Memiliki Perilaku Sosial Negatif di Sekolah pada Siswa Kelas V SDN Rada Kecamatan Bolo Kabupaten Bima NTB

METODE
Studi kasus ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Rada Kecamatan Kecamatan Bolo Kabupaten Bima pada Tahun Pelajaran 2016/2017 yang memiliki perilaku sosial negatif di sekolah. Teknik pengumpulan data menggunakan, sosiometri, wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan deskriptif fenomenologis. Pelaksanaan dilakukan pada semester ganjil yaitu pada tanggal 14 Oktober sampai dengan 15 November 2016. Sumber data yang didapat dari studi kasus ini adalah siswa itu sendiri, orang tua, guru matapelajaran dan teman-temanya. Dari data tersebut dilakukan dengan teknik dalam pengumpulan data yaitu dengan melakukan wawancara kemudian dibantu oleh teman sejawat dalam melakukan observasi dan dokumentasi. Beberapa tahap atau prosedur dalam pengambilan data pada studi kasus ini yaitu dengan tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penulisan hasil studi kasus.

HASIL
1.    Gejala perilaku sosial negatif di sekolah yang dilakukan oleh subjek di SDN Rada Kecamatan Bolo Kabupaten Bima.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru kelas V, guru agama, dan guru olah raga dapat disimpulkan bahwa gejala perilaku sosial negatif di sekolah di SDN Rada Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:
a.    Jenis perilaku sosial negatif di SDN Rada Kecamatan Bolo Kabupaten Bima yang bersifat umum, seperti membuat gaduh di kelas, mengganggu teman, perkelahian antar siswa, membantah guru, makan di kelas dan menyakiti teman.
b.    Gejala perilaku sosial negatif yang di jumpai di bidang akademis, yaitu: tidak mengerjakan PR, tidak mau mengerjakan tugas di papan tulis, menyontek, mengganggu pelaksanaan PBM, dan tidak mendengarkan penjelasan guru.
2.    Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Perilaku Sosial Negatif di Sekolah di Rada Kecamatan Bolo Kabupaten Bima
a.    Faktor internal, antara lain rasa malas, ingin diperhatikan banyak orang, tidak percaya diri dan ingin menutupi kekurangannya.
b.    Faktor eksternal, antara lain lingkungan keluarga, tayangan TV, paparan media, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat yang kurang mendukung.
3.    Akibat perilaku sosial negatif oleh siswa di sekolah di SDN Rada Kecamatan Bolo Kabupaten Bima
a.    Jangka panjang dapat menyebabkan siswa terisolir.
b.    Akan menjadi suatu kebiasaan buruk dan menurunnya prestasi siswa yang berperilaku sosial negatif.
c.    Jangka panjang dapat menyebabkan kemerosotan kondisi sekolah dalam hal prestasi belajar.
4.    Pandangan pihak terkait tentang perilaku sosial negatif di sekolah yang dilakukan oleh siswa di SDN Rada Kecamatan Bolo Kabupaten Bima
a.    Kepala sekolah memiliki pandangan bahwa perilaku sosial negatif yang dilakukan oleh siswa adalah perilaku nakal yang berasal dari siswa karena pengaruh dari keluarga yang tidak harmonis antara keluarga satu dengan keluarga yang lain, kurangnya kerja sama dari pihak sekolah dengan orang tua serta siswa itu sendiri untuk menekan perilaku sosial negatif tersebut.
b.    Guru kelas memiliki pandangan bahwa guru kelas mengerti secara langsung bentuk perilaku sosial negatif yang dilakukan oleh siswa, khususnya perilaku sosial negatif pada saat PBM berlangsung yang disebabkan oleh kenakalan siswa agar dapat diperhatikan banyak orang. Guru kelas juga berpandangan bahwa siswa yang berperilaku sosial negatif biasanya adalah siswa yang tidak pandai di kelas.
c.    Guru agama islam memiliki pandangan bahwa siswa yang berperilaku sosial negatif adalah siswa yang tidak rajin beribadah, hal tersebut merupakan bentuk ketidakseriusan siswa dalam mengikuti pelajaran. Guru agama juga memiliki pandangan bahwa siswa yang berperilaku sosial negatif sangat mengganggu KBM dan membuat kesal guru.
d.   Guru olah raga memiliki pandangan bahwa perilaku sosial negatif adalah bentuk kenakalan siswa yang tidak bertanggung jawab dan sangat mengganggu KBM di sekolah yang akan merugikan teman-teman yang lain serta siswa itu sendiri.
e.    Orang tua siswa memiliki pandangan bahwa peran orang tua ternyata sangat diperlukan dalam mendidik anak, selain peran orang tua diperlukan kerja sama dari berbagai pihak terkait seperti kepala sekolah, guru kelas, orang tua serta siswa itu sendiri.

PEMBAHASAN
Berdasarkan wawancara yang telah lakukan di SDN Rada Kecamatan Bolo Kabupaten Bima pada hakekatnya perilaku sosial negatif merupakan perilaku menyimpang yang merugikan diri sendiri dan orang lain, antara lain sebagai berikut:
1.    Gejala perilaku sosial negatif di sekolah yang dilakukan oleh subjek di SDN Rada Kecamatan Bolo Kabupaten Bima
Perilaku sosial negatif adalah perilaku menyimpang yang cenderung merugikan diri sendiri dan orang lain, akibatnya tidak diterima oleh teman sebaya. Gejala perilaku sosial negatif di sekolah yang terjadi di SDN Rada Kecamatan Bolo Kabupaten Bima yang dilakukan oleh siswa dapat bersifat umum dan akademik. Pelanggaran yang bersifat umum antara lain perilaku sosial negatif dalam hal membuat gaduh di kelas, mengganggu teman di kelas, berkalahi dan ancaman serta kata- kata kotor, perilaku sosial negatif yang bersifat akademis yaitu menyontek pekerjaan teman dengan paksa. Perilaku sosial negatif timbul karena kurangnya kesadaran siswa tersebut dalam mengikuti pelajaran di sekolah sebagai faktor internal. Selain faktor internal, faktor eksternal sebagai penyebab terjadinya perilaku sosial negatif di sekolah antara lain adalah lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah, serta lingkungan keluarga yang kurang mendukung, paparan media yang kurang mendukung berpengaruh terhadap terjadinya perilaku sosial negatif di sekolah. Bentuk perilaku sosial negatif siswa di SDN Rada Kecamatan Bolo Kabupaten Bima yang bersifat umum antara lain:
a.    Membuat gaduh di kelas
Siswa yang berperilaku sosial negatif ini pada umumnya berbuat yang macam-macam pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Bentuk perilaku tersebut adalah memukul-mukul meja dan menyanyi- nyanyi sehingga menimbulkan suara gaduh, jungkat-jungkit kursi, berlarian dan mondar-mandir dalam kelas, berbicara secara berlebihan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Perilaku tersebut hakekatnya mendapatkan perhatian secara khusus dan penyelesaian yang tepat, upaya yang dapat ditempuh sekolah untuk menghadapi siswa yang berperilaku sosial negatif di sekolah dapat dilakukan dengan memberikan layanan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi siswa melalui layanan bimbingan, supaya proses belajar mengajar dapat berlangsung optimal. Apabila hal tersebut tidak diatasi maka dalam jangka panjang prestasi siswa akan menurun.
b.    Mengganggu teman
Bentuk perilaku sosial negatif yang dilakukan oleh siswa antara lain memukul dan menjambak, mengganggu teman pada saat mengerjakan tugas misalnya menarik buku temannya, menyontek pekerjaan teman dengan cara paksa, berbuat usil terhadap teman sebangku misalnya mengilik-kitik, mencolak-colek, selain hal tersebut siswa juga tidak mengerjakan tugas. Bentuk perilaku tersebut serung dijumpai khususnya bentuk perilaku sosial negatif yang sering terjadi pada saat mengikuti kegiatan belajar di sekolah. Bentuk pengawasan dan pengajaran yang menarik sangat diperlukan dalam penanggulangan perilaku mengganggu teman pada saat pembelajaran berlangsung.
c.    Interaksi Sosial Siswa
Bentuk perilaku sosial negatif subjek yang bersifat akademis dapat terjadi dan dijumpai di sekolah tersebut, gejala perilaku sosial negatif yang di jumpai dalam bidang akademis tersebut yaitu menyontek dengan cara paksa. Tugas dan test diadakan oleh guru untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah diberikan. Dalam pemberian tugas dan test juga sering terjadi perilaku sosial negatif yang dapat mengganggu kelancaran proses pemberian tugas dan test tersebut. Perilaku sosial negatif yang terjadi pada saat pemberian tugas maupun test berlangsung adalah praktek pencontekan dan berlaku tidak jujur dalam mengerjakan tugas dan test. Siswa yang suka menyontek pekerjaan temannya biasanya adalah siswa yang tidak mandiri, tidak bertanggung jawab terhadap diri sendiri seperti tidak mau belajar, malas dan suka bergantung kepada orang lain, selain hal tersebut juga disebabkan karena kurang menguasai materi yang telah diberikan.
Perilaku sosial negatif yang di jumpai di bidang akademis perlu ditanggulangi sejak dini. Menyontek adalah bentuk perilaku tidak jujur, sehingga harus ditangani secara serius. Untuk menanggulangi masalah tersebut guru hendaknya menghimbau kepada siswanya, apabila perilaku sosial negatif tersebut di ketahui oleh guru maupu ada laporan terhadap perilaku tersebut oleh siswa maka guru harus memberikan konsekuensi yang tegas terhadap tindakan tersebut. Selain tindakan yang tegas kepada para siswa yang terbukti melakukan praktek menyontek guru juga harus memberikan pembimbingan terhadap siswa siswi tersebut.
2.    Faktor-faktor penyebab terjadinya perilaku sosial negatif di sekolah yang dilakukan oleh Siswa
a.    Faktor internal
Faktor internal merupakan sebab yang terjadi dari dalam diri sendiri, dalam hal ini perlaku perilaku sosial negatif tersebut sendiri. Faktor tersebut seperti rasa malas, tidak percaya diri, ingin diperhatikan oleh banyak orang serta ingin menutupi kekurangannya serta kurang pemahaman terhadap agama.
Siswa yang bersekolah di SDN Rada Kecamatan Bolo Kabupaten Bima berasal dari latar belakang yang heterogen. Setiap siswa atau individu memiliki kepribadian yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Siswa yang berperilaku sosial negatif adalah siswa yang memiliki sifat egois yaitu siswa yang selalu mementingkan diri sendiri dan selalu ingin menang sendiri. Motif siswa berperilaku sosial negatif di sekolah adalah untuk mendapatkan kepuasan dan kesenangan diri sendiri tanpa memikirkan orang lain, serta ingin diperhatikan oleh banyak orang.
b.    Faktor eksternal
Selain faktor internal, faktor eksternal juga dapat menjadi penyebab siswa berperilaku sosial negatif di sekolah. Faktor eksternal sendiri dapat diartikan sebagai penyebab yang berasal dari luar, seperti pengaruh dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, tayangan TV, paparan media yang kurang mendukung. Siswa yang kurang mendapatkan perhatian dan pengawasan secara langsung dari orang tuanya sehingga dalam perkembangan kejiwaannya juga mengalami hambatan. Hal tersebut juga dapat disebabkan karena ketidakpedulian orang tua.
Siswa kurang mendapatkan pengawasan dan perhatian dari orang tua, sehungga siswa mencari kepuasan dengan mendapatkan perhatian dari orang lain. Hal tersebut dikarenakan bentuk pengawasan terhadap subjek hanya terbatas di sekolah saja, untuk perilaku di luar sekolah siswa tersebut cenderung tidak ada pengawasan secara langsung yang seharusnya dilakukan oleh orang tuanya. Akibatnya tidak ada kontrol atau kendali pada diri anak untuk berperilaku sosial positif sesuai perkembangannya. Faktor lingkungan juga sangat berperan dalam perilaku dan tindakan seseorang, baik faktor lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Kebiasaan buruk yang dilakukan oleh orang-orang terdekat, dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan tindakan yang sama.
3.    Akibat Perilaku Sosial Negatif Subjek di Sekolah
Perilaku sosial negatif akan berdampak tidak baik terhadap diri sendiri, orang lain juga lembaga atau institusi tertentu. Kasus yang terjadi di SDN Rada Kecamatan Bolo Kabupaten Bima, perilaku sosial negatif yang dilakukan di sekolah dapat berakibat menghambat tercapainya suatu tujuan dari kegiatan pembelajaran, keefektifan dan keefisienan waktu dapat berkurang sehingga dapat mengganggu proses kegiatan pembelajaran yang di jalankan di sekolah.
Apabila bentuk perilaku sosial negatif ini dibiarkan dan tidak ada pengawasan dan pengendalian dan tindakan secara tegas dari pengelola sekolah, maka dalam jangka panjang dapat mempengaruhi kredibilitas sekolah secara keseluruhan. Prestasi belajar siswa yang di capai dari proses pembelajaran di sekolah menjadi tidak optimal karena banyaknya perilaku sosial negatif di sekolah. Perilaku sosial negatif siswa di sekolah yang dilakukan secara terus menerus akan menimbulkan kebiasaan buruk bagi siswa sehingga kepala sekolah dan guru-guru dapat mengantisipasi setiap perilaku yang bersifat negatif di sekolah. Apabila para guru dan pihak terkait lainnya gagal dalam mengantisipasi perilaku sosial negatif tersebut, maka akibat yang lebih buruk akan terjadi lagi yaitu kebiasaan yang buruk tersebut akan mempengaruhi siswa yang lain tentunya akan banyak siswa yang berperilaku sosial negatif sehingga proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan lancar dan prestasi serta citra sekolah akan menurun.
4.    Pandangan pihak terkait tentang perilaku sosial negatuf di sekolah yang dilakukan oleh subjek
Pandangan pihak terkait tentang perilaku sosial negatif di sekolah oleh siswa, khususnya kasus yang terjadi di SDN Rada Kecamatan Bolo Kabupaten Bima merupakan bentuk pernyataan atau ungkapan penilaian suatu kasus yang terjadi. Dalam hal ini adalah bentuk perilaku sosial negatif yang dilakukan oleh siswa di SDN Rada Kecamatan Bolo Kabupaten Bima. Pihak terkait tersebut adalah pihak yang secara langsung mengetahui perilaku sosial negatif yang dilakukan siswa di SDN Rada Kecamatan Bolo Kabupaten Bima. Pihak terkait tersebut meliputi; kepala sekolah, guru kelas, guru agama, guru olah raga, orang tua siswa, serta masyarakat sekitar.
a.    Kepala sekolah
Kepala sekolah, sebagai pemimpin dari sistem seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah, memiliki tenggapan tentang perilaku sosial negatif di sekolah oleh siswa, khususnya kasus yang terjadi di sekolah yang dipimpinnya. Kepala sekolah memiliki pandangan bahwa perilaku sosial negatif yang dilakukan oleh siswa adalah perilaku nakal yang berasal dari siswa karena pengaruh dari keluarga yang tidak harmonis antara keluarga satu dengan keluarga yang lain. Untuk mengatasinya diperlukan kerja sama dari pihak sekolah dengan orang tua serta siswa itu sendiri untuk mengurangi bahkan menghilangkan perilaku sosial negatif tersebut. Hubungan yang baik antara pihak orang tua dengan pihak sekolah akan menciptakan situasi yang kondusif dalam proses penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan khususnya di sekolah sehingga perilaku sosial negatif dapat dikurangi bahkan dihilangkan.
b.    Guru kelas
Guru kelas adalah pihak yang secara langsung berhadapan dengan siswa saat proses belajar mengajar berlangsung. Guru kelas memiliki pandangan terhadap perilaku sosial negatif yang dilakukan oleh siswa saat proses belajar mengajar berlangsung yaitu menyatakan bahwa pada umumnya guru menerti secara langsung bentuk perilaku sosial negatif yang terjadi saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Hal ini disebabkan oleh kebosanan siswa dan kenakalan siswa dan juga kurangnya perhatian dari orang tua sehingga berperilaku sosial negatif sekolah.
c.    Guru agama Islam
Guru agama islam adalah salah satu pihak yang secara langsung berhadapan dengan siswa saat proses belajar mengajar berlangsung. Guru agama memiliki pandangan terhadap perilaku sosial negatif bahwa siswa yang berperilaku sosial negatif adalah siswa yang tidak rajin beribadah, hal tersebut merupakan bentuk ketidakseriusan siswa dalam mengikuti pelajaran. Guru agama juga memiliki pandangan bahwa siswa yang berperilaku sosial negatif sangat mengganggu kegiatan belajar mengajar dan membuat kesal guru. Harus ada penanganan khusus terhadap siswa yang nakal atau berperilaku sosial negatif, karena hal tersebut tidak hanya berdampak negatif terhadap siswa tersebut tetapi juga tehadap siswa yang lain bahkan sekolah.
d.   Guru olah raga
Guru olah raga adalah pihak yang secara langsung berhadapan dengan siswa secara langsung pada saat pelajaran olah raga. Guru olah raga memiliki pandangan terhadap perilaku sosial negatif bahwa perilaku soaial negatif adalah bentuk kenakalan siswa yang tidak bertanggung jawab, tidak mandiri dan disiplin. Perilaku tersebut muncul karena kebiasaan siswa tersebut di luar sekolah. Masalah tersebut harus segara ditangani karena akan mengganggu siswa yang lain dan dalam jangka panjang akan berdampak terhadap citra sekolah di masyarakat.
e.    Orang tua
Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan putra putrinya, termasuk dalam perilaku dan proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Orang tua siswa menyatakan bahwa peran orang tua dalam mendidik anak memang diakui sangat kurang karena latar belakang pendidikan yang hanya SD. Orang tua tidak dapat mengarahkan anak yang berperilaku sosial negatif. Hal tersebut juga dikarenakan kesibukan orang tua dan kurangnya pengawasan orang tua kepada anak.

KESIMPULAN
Temuan hasil studi kasus yang telah dilakukan di SDN Rada Kecamatan Bolo Kabupaten Bima akan disampaikan kesimpulan dari studi kasus yang telah dilakukan. Subjek dari penelitian ini adalah Farhan yang telah melakukan perilaku sosial negatif di sekolah. Farhan adalah siswa yang melakukan perilaku sosial negatif di sekolah, bentuk perilaku sosial negatif yang dilakukan Farhan adalah membuat gaduh di kelas, mengganggu teman di kelas, berkelahi, mengancam dan berkata-kata kotor serta menyontek pekerjaan temannya. Faktor penyebab terjadinya perilaku sosial negatif yang berasal dari factor internal yaitu rasa malas, tidak percaya diri, ingin diperhatikan banyak orang,serta ingin menutupi kekurangannya. Penyebab dari faktor eksternal yaitu lingkungan keluarga, tayangan TV, paparan media, lingkungan sekolah serta lingkungan masyarakat yang kurang mendukung. Selain hal tersebut Farhan terpengaruh oleh kebiasaan keluarga besarnya yang suka bertengkar.
Perilaku sosial negatif Farhan dapat berakibat menghambat suatu tujuan dari kegiatan pembelajaran, nilai dari keefektifan dan keefisienan dapat berkurang sehingga dapat mempengaruhi pola keteraturan yang telah dibentuk dan dijalankan. Hal ini dapat pula mengganggu proses pembelajaran yang lainnya. Apabila bentuk perilaku sosial negatif Farhan dibiarkan tanpa ada kontrol, pengwasan dan tindakan secara tegas dalam penanganannya, maka dalam jangka panjang dapat mempengaruhi kredibilitas sekolah secara keseluruhan, baik bagi sekolah maupun penilaian dari masyarakat terhadap citra sekolah. Hal tersebut akan menurunkan nama baik sekolah di mata masyarakat.


DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth, B. Hurlock. (2001). Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan (Edisi 5). Jakarta: Erlangga.

Hurlock, Elizabeth B . (1980). Psikologi Perkembangan. Erlangga: Jakarta.

Satiadarma, Monty P. (2001). Persepsi Orangtua Membentuk Perilaku Anak. Jakarta: Pustaka Populer Obor.

Somantri, T. Sutjihai. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama

Yin, Robert K. (1997). Studi Kasus (Desain dan Metode). Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Yusuf Syamsu Dr, H LN. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar